Ide tentang Harry Potter pertama kali tercetus dalam pikiran
J. K.
Rowling ketika menaiki kereta api dari
Manchester ke
London pada tahun 1990. Pada waktu itu, dia baru saja
bercerai dan mengambil inisiatif untuk menjadikan Harry Potter sebagai inspirasi
hidupnya. Dia menghabiskan waktu di dalam perjalanannya itu dengan memikirkan
plot yang lengkap tentang ceritanya itu. Di situs webnya, Rowling menceritakan
pengalamannya itu:
“ |
Saya telah menulis hampir tanpa jeda sejak umur enam tapi sebelumnya
saya tidak pernah merasa begitu bergairah akan suatu gagasan. Saya hanya duduk
dan berpikir, selama empat jam (menunggu keterlambatan kereta api), dan semua
detel bermunculan di otak saya, dan anak laki-laki ceking berambut hitam dan
berkaca mata yang tidak menyadari bahwa ia adalah seorang penyihir menjadi
semakin lama semakin nyata bagi saya. |
” |
Pada tahun
1995, buku pertama berjudul
Harry Potter and Philosopher's Stone (diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia
sebagai
Harry Potter dan Batu Bertuah) selesai dibuat dan
naskahnya dikirimkan ke beberapa agen. Agen kedua yang
dicobanya, Christopher Little, menawari untuk mewakilinya dan mengirimkan naskah
itu ke Bloomsbury. Setelah delapan penerbit lainnya menolak
Philosopher's
Stone, Bloomsbury menawarkan uang muka £3.000 untuk menerbitkannya.
[5]
Walaupun Rowling menyatakan bahwa ia tidak memiliki target khusus mengenai
umur pembacanya ketika ia mulai menulis buku-buku
Harry Potter,
penerbitnya pada permulaannya telah menetapkan target pembacanya antara umur
sembilan hingga sebelas.
[6] Pada malam sebelum penerbitan, Joanne Rowling
diminta oleh penerbitnya untuk menggunakan
nama samaran yang lebih netral-jender, supaya
dapat menarik anak laki-laki dalam jangkauan umur tersebut, karena mereka
khawatir bahwa anak laki-laki tidak akan tertarik membaca novel yang mereka
ketahui ditulis oleh seorang wanita. Ia memilih untuk menggunakan nama J. K.
Rowling (Joanne Kathleen Rowling), mengambil nama neneknya sebagai nama
keduanya, karena ia tidak memiliki nama tengah.
[7]
Buku pertama
Harry Potter diterbitkan di
Britania Raya oleh Bloomsbury pada Juli 1997. Di
Amerika Serikat buku
ini diterbitkan oleh
Scholastic pada September 1998, di mana
Rowling menerima $105.000 untuk hak penerbitan Amerika Serikat — sebuah nilai
yang tidak biasa bagi sebuah buku anak-anak yang dikarang oleh pengarang yang
tidak dikenal (pada saat itu).
[8] Khawatir bahwa para pembaca di Amerika tidak
mengerti kata "
philosoper" atau tidak menganggapnya sebagai tema magis
(karena "
Philosoper's Stone" atau
batu filsuf adalah kata dalam bidang
alkimia), Scholastic bersikeras untuk
mengganti nama buku itu menjadi
Harry Potter and the Sorcerer's Stone
untuk pasar Amerika.
Selama hampir satu dasawarsa,
Harry Potter telah mengalami kesuksesan
besar, tidak hanya karena resensi yang positif dan strategi pemasaran penerbit
Rowling, tetapi juga karena pembicaraan dari mulut ke mulut di antara para
penggemarnya, terutama di antara para remaja laki-laki. Kalangan remaja
laki-laki ini menjadi penting, karena selama bertahun-tahun kalangan ini semakin
tidak tertarik dengan bacaan yang dianggap ketinggalan zaman ketimbang
video
game dan internet. Penerbit Rowling berhasil menangkap kegairahan di
kalangan remaja laki-laki ini dan segera merilis keempat buku pertama
berturut-turut secara cepat, sehingga kegairahan mereka tidak sempat meredup
ketika Rowling bermaksud untuk istirahat menulis di antara rilis
Harry
Potter dan Piala Api dan
Harry Potter dan Orde
Phoenix, dan dengan segera terbentuklah grup pembaca yang loyal.
[9] Seri ini juga
mendapatkan para penggemar dewasa, dengan diterbitkannya dua edisi untuk setiap
buku
Harry Potter (di Kanada dan Britania Raya, tapi tidak di Amerika
Serikat). Keduanya memiliki naskah yang sama persis, tetapi dengan sampul yang
berbeda, untuk masing-masing edisi anak-anak dan dewasa.
http://id.wikipedia.org/wiki/Harry_Potter#Dunia_Harry_Potter
Kisah
Ringkasan plot
- Untuk sinopsis per novel, lihat artikel yang relevan di masing-masing seri.
Kisah dibuka dengan keadaan tak terkendali di
dunia
sihir (yang biasanya merupakan komunitas yang rahasia) setelah
bertahun-tahun mengalami teror oleh
Lord Voldemort. Pada malam sebelumnya, Voldemort
telah menemukan tempat perlindungan rahasia keluarga Potter, dan membunuh
James dan Lily
Potter. Namun demikian, ketika ia mengarahkan tongkat sihirnya kepada bayi
mereka, Harry,
kutukan
pembunuh yang dikeluarkannya malah membalik kepada dirinya sendiri. Arwah
Voldemort tercabik dari tubuhnya sendiri yang hancur, menghilang dari dunia
sihir, tapi tidak mati. Sementara itu, satu-satunya hasil dari kutukan yang
gagal itu meninggalkan bekas yang khusus di dahinya, cacat berbentuk sambaran
kilat. Kekalahan misterius Voldemort memberikan Harry sebutan khusus di kalangan
dunia sihir, "Anak Laki-Laki yang Bertahan Hidup". Sebutan ini khususnya
dikarenakan tidak ada penyihir yang diarah oleh Voldemort dapat bertahan hidup
melawannya.
Pada malam berikutnya, seorang penyihir membawa Harry ke rumah Bibi dan
Pamannya,
Dursley,
tempat di mana ia akan tinggal bertahun-tahun setelahnya. Keluarga Dursley
adalah famili Harry yang kejam dan merupakan orang-orang non-penyihir. Mereka
senantiasa berusaha menyembunyikan latar belakang Harry yang merupakan penyihir
dan keturunan penyihir, dan memberinya hukuman jika terjadi kejadian-kejadian
aneh.
Pada ulang tahunnya yang kesebelas, Harry mendapatkan kontak pertamanya
dengan dunia sihir, ketika ia menerima surat dari
Sekolah Sihir
Hogwarts, yang berusaha disembunyikan oleh Paman dan Bibinya, hingga ia
tidak berhasil membaca surat tersebut. Surat itu pada akhirnya dapat dibacanya
setelah ia ditemui oleh
Hagrid, Pengawas Binatang Liar di Hogwarts. Hagrid
memberitahunya bahwa ia sesungguhnya adalah seorang penyihir, dan surat itu
memberitahunya bahwa ia disediakan tempat untuk belajar di Hogwarts. Setiap
jilid dari novel Harry Potter mengisahkan mengenai satu tahun kehidupan Harry,
yang kebanyakan dihabiskannya dalam pelajaran di Hogwarts, di mana ia
mempelajari penggunaan
sihir
dan membuat
ramuan.
Harry juga mempelajari bagaimana mengatasi rintangan-rintangan sihir, sosial,
dan emosi selama masa remajanya. Dalam periode yang sama, Voldemort juga
berusaha untuk kembali ke tubuh fisiknya dan mengembalikan seluruh kekuatannya,
sementara
Kementrian
Sihir berusaha juga untuk menolak untuk mengakui adanya ancaman akan
kembalinya Voldemort. Penolakan Kementerian Sihir ini kemudian menyebabkan
banyak kesulitan bagi Harry Potter.
Dunia Harry Potter
Dunia
sihir dalam kisah Harry Potter adalah dunia yang ada di dunia kita sekarang
tapi juga sekaligus terpisah sama sekali secara sihir. Kalau diperbandingkan,
dalam kisah fantasi
Narnia dunia sihirnya merupakan dunia alternatif,
sementara dalam
Lord of the Rings Bumi-Tengah merupakan dunia mite
pada masa lampau. Lingkungan sihir Harry Potter dikisahkan berada di
tengah-tengah dunia kita saat ini, dengan benda-benda sihir yang mirip dengan
benda-benda di lingkup non-sihir. Lembaga-lembaga dan lokasi-lokasinya pun mirip
atau malah sama dengan yang berada di dunia nyata, seperti London. Lingkungan
sihir sama sekali tidak dapat terlihat oleh populasi non-sihir (atau
Muggle, misalnya:
Keluarga
Dursley).
Bakat sihir adalah kemampuan alami yang telah ada sejak lahir, tidak dapat
muncul karena dipelajari. Mereka yang memiliki bakat sihir harus mengikuti
pelajaran di sekolah-sekolah seperti Hogwarts untuk dapat menguasai dan
mengontrolnya. Namun demikian, ada kemungkinan anak-anak yang lahir di keluarga
penyihir yang hanya memiliki sedikit bakat sihir atau malah tidak ada sama
sekali (disebut "
Squibs",
misalnya
Mrs. Figg,
Argus Filch). Para penyihir
belum tentu dilahirkan dalam keluarga penyihir, dan banyak dari mereka yang
dilahirkan dari orang tua (para Muggle) yang sama sekali tidak mengenal sihir.
Mereka yang murni berdarah penyihir seringkali tidak terbiasa dengan dunia
Muggle, malah terasa lebih aneh bagi mereka ketimbang kita memandang dunia
mereka. Namun demikian,
dunia
sihir dan elemen-elemennya yang menakjubkan itu digambarkan sebagai
dunia-yang-sangat-mirip-dengan-dunia-nyata. Salah satu tema utama dalam novel
ini adalah keberadaan dunia sihir dan dunia biasa; di mana para tokohnya hidup
dalam lingkungan yang memiliki masalah-masalah yang "normal", sekalipun mereka
hidup di antara sihir.
- Kemurnian
darah (Harry Potter):
- Para penyihir pada umumnya memandang Muggle dengan sikap merendahkan dan curiga, masalahnya,
sikap ini menjadi kefanatikan bagi sebagian kecil penyihir. Mereka yang fanatik
ini mengkotak-kotakkan diri mereka atas dasar banyaknya leluhur mereka, di mana
penyihir "berdarah-murni" (mereka yang keluarganya seluruhnya adalah penyihir)
dianggap sebagai yang paling tinggi, penyihir "berdarah-campuran" (mereka yang
memiliki keturunan penyihir dan Muggle) pada tingkat menengah, dan
"kelahiran-Muggle" (mereka yang tanpa keturunan penyihir) sebagai yang terendah.
Para pendukung kemurnian-darah percaya bahwa hanya mereka yang
"berdarah-murni"-lah yang berhak mengontrol dunia sihir, dan tidak menganggap
bahwa penyihir "kelahiran-Muggle" sebagai penyihir yang sesungguhnya. Beberapa
dari mereka bahkan bertindak terlalu jauh dengan membunuhi para
"kelahiran-Muggle" supaya jangan dapat mempelajari sihir. Kebanyakan kaum
fanatik ini adalah berdarah-murni, sekalipun perlu dicatat bahwa Voldemort, yang
mendukung fanatisme ini, sesungguhnya adalah penyihir berdarah-campuran. Selain
itu, sebenarnya hanya tinggal sedikit sekali penyihir yang benar-benar
berdarah-murni, oleh karena tanpa menikah dengan populasi Muggle, para penyihir
lama kelamaan akan habis. Namun demikian, banyak keluarga penyihir yang menutupi
bahwa ada di antara keluarga mereka yang menikahi kaum Muggle. Salah satu contoh
keluarga seperti ini adalah dalam keluarga
Black.[HP5]